Tuesday, March 18, 2008

Ahmad Setya: “Musik Melayu Jangan Sampai Hilang”

Menyebut nama Ahmad Setya pastilah tidak lepas dari gejolak musik irama Melayu yang mendayu-dayu dan sempat berjaya pada dekade 1950 an hingga 70-an. Selain lihai mengalunkan senandung-senandung irama-irama Melayu, Ahmad juga dikenal mahir memainkan akordion, menabuh kendang, menari Serampang Duabelas dan Zapin.

Karir bermusik lelaki yang hanya mengenyam pendidikan setingkat SMP itu, diawali pada 1959, ketika ia mulai bergabung dengan grup orkes “Hitam Manis”. Saat itu, grup ini kerap dikenal sebagai pengisi acara RRI Nusantara III MEdan. Di grup ini, Ahmad memegang alat musik akordion, yang sebelumnya sudah diakrabinya dengan belajar pada Alm Datuk Muhammad Nur.

“Saya masih ingat waktu itu, lagu pertama yang bisa saya bawakan dengan akordion berjudul ‘Demam Puyum’,” kenangnya. Uniknya, Ahmad menekan tuts-tuts akordion dengan tangan kidal. Sehingga ia kerap dijuluki “Ahmad Kidal”.

“Hitam Manis”sendiri merupakan salah satu grup Melayu yang saat itu namanya cukup tenar. Maka selain sering bermain di Taman Ria MEdan, grup ini juga sering mendapat orderan untuk main di luar kota, seperti Rantau Prapat, Pekan Baru, Palembang, hingga Padangsidimpuan.

Penampilan perdana Ahmad di “Hitam Manis” berawal dari kejadian tak sengaja suatu kali di Pasar Malam Lapangan Merdeka, Medan. Waktu Ahmad sedang menonton Alm Datuk Muhammad Nur. ‘Tiba-tiba, Karim, seorang pelawak naik ke atas panggung dan meminta saya untuk memainkan akordion. Saya kaget. Tapi akhirnya saya mau. Saya main hingga acara selesai,” kenangnya.

Selepas dari “Hitam Manis”, pada 1962 Ahmad lalu bergabung dengan grup “Joged Modern”, yang sering memenuhi undangan main di berbagai daerah. Pada 1976, ia lalu bergabung dengan Himpunan Seni Budaya Dara Melati (HSBM), pimpinan Tengku Rizal Hafaz.

“Joget Modern” kerap menjadi grup musik pengiring tarian yang waktu itu huga kerap disebut “Joget Modern”. “Tarian ini dimainkan oleh pasangan pria dan wanita, tetapi tidak beleh saling berpegangan. Biasanya diiringi dengan alat musik kendang, biola, saxopon, akordion dan tanpa nyanyian. Hanya melodi. Bukan hanya lagu Melayu saja yang dibawakan tapi lebih bersifat “all round”, termasuk lagu Barat sendiri,” jelas Ahmad.

Tahun 1982, Ahmad lalu bergabung dengan grup band Dara Escape pimpinan Ibu Rolan dari Langsa, Aceh. Hanya setahun ia di sana. Ia pun bergabung dengan Ansambel Bukit Barisan pada 1983. Setahun kemudian ia bergabung dengan Sri Endera Ratu Istana Maimun, pimpinan Tengku Sitta Saritsyah. Sempat tak bergabung dalam grup selama lima tahun. Hingga bergabung lagi dengan grup Patria dari Tanjung Morawa pada 1989. Dan pada 1995, ikur dengan grup Ria Agung, pimpinan Drs Monang Butar-butar.

Selama melalanglang dari grup ke grup, selama itu pula Ahmad banyak menimba pengalaman. Termasuk menginjakkan kaki di luar negeri. “Negeri asing yang pertama kali saya singgahi karena musik Melayu adalah Kedah, Malaysia, pada 1977 bersama HSBM,” kenang Ahmad yang samasekali tak pernah mengecap pendidikan musik secara formal itu.

Pada 1881, Ahmad kembali mengikuti tur bersama grup yang sama ke Sabah dan Serawak, Malaysia. Sekembalinya dari sana, grup langsung menuju ke Negeri Pahang, Perlis, Pulau Langkawi untuk memenuhi undangan pemerintah setempat untuk memberi hiburan Langgam Melayu dan Serampang Duabelas. “Pokoknya berkesanlah waktu itu,” kenang Ahmad lagi.

Undangan bermain ke luar negeri tak sampai di situ. Pada 5 November 1994, Ahmad kembali diikutkan dalam rombongan Grup Ria Agung MEdan, pimpinan Monang Butar-butar, yang waktu itu ditunjuk oleh Walikota MEdan (waktu itu Bachtiar Jaffar) untuk mewakili pertujunkan kebudayaan Melayu Medan ke Ichikawa Jepang. “Saya merasa terhormat bisa diikutkan dalam rombongan itu,” kata Ahmad.

Pada 1995, Ahmad kembali diikutkan bersama rombongan MABMI untuk mengikuti acara Pesta Gendang Nusantara ’95 di Melaka, Malaysia. Pada Desember 1996, bersama Lukman Sinar, Ahmad tampil di Singapura; April 2000 mengikuti Pesta Gendang Nusantara III di Melaka Bandaraya Bersejarah, Malaysia; November 2000 kembali tampil pada Pesta Tapak Pulau Pinang Malaysia; April 2001 tampil pada acara Gendang Nusantara V, Malaysia.

Pada 2001 ia pun diundang untuk menghadiri pertemuan Seniman Serumpun di Institut Seni Malaysia. Juga mengikuti Pesta Gendang VI, Malaysia pada April 2003; Juni 2003 mengikuti karnaval budaya ke Negeri Sembilan, Malaysia. Dan yang terakhir, pada April 2005 mengikuti Pesta Gendang Nusantara VIII, Malaysia.

***

Nama Ahmad Setya dalam kancah musik Melayu memang tak diragukan lagi. Sayang, jaman telah berubah, orderan main tak seramai dulu. “Sekarang jamannya pop. Orang semakin kerap melupakan musik Melayu. Apa boleh buat, mungkin sudah jamannya,” katanya pasrah.

Di rumah kecilnya, Ahmad kini lebih sering menghabiskan waktu dengan cucunya. Sesekali, jika “rezeki” datang, ia pun siap menenteng akordionnya, kembali memainkan jarinay dengan tuts, memaikan kendang atau sesekali bersenandung.
Sesuai namanya, Ahmad tetap setia dengan musik yang seakan-akan sudah mendarah-daging itu. “Saya tetap setia pada musik Melayu. Semoga kelak tidak hilang ditelan masa,” katanya.

No comments: