Friday, March 14, 2008

Kritik Sosial "Cranium"

Diam, membisu, kehabisan kata-kata
Nadi, tertusuk, sakit menambah rusak jiwa
Sesak, merambah bayangan menakuti..
Penat, disiksa, tetindas politik sampah...

- Cranium: “Tertindas Politik Sampah”

Bisa dibayangkan bagaimana jadinya jika lirik lagu ini dibawakan dalam genre musik keras sarat dengan melodi gitar distorsif, drum “doublebeat” dan suara vokal sangar nan histeris. Akan terdengar garang, bukan? Tapi, walau bagaimana pun inilah Cranium, yang mengaku bemusik dengan idealisme. Yang juga berani mengkritik kondisi sosial yang terjadi di negeri ini.


Dalam kamus ilmu kedokteran, kata “cranium” berarti “tengkorak”. Akan tetapi, menurut tiga dedengkot Cranium: Faisal (drum), Deny (bass) dan Dede (gitar), nama itu sudah cukup untuk menggambarkan identitas band mereka yang memang idealis bermusik di aliran yang barangkali tak semua orang bisa menikmatinya itu, yakni aliran “Death Metal”.

“Kami memang tak biasa dengan tema bernuansa romantisme cinta. Kami lebih peduli dengan hal-hal menyangkut tema sosial. Semakin pas jika diekpresikan dengan aliran musik Death Metal,” ujar Faisal, salah satu pendiri resmi Cranium, band yang didirikan sejak 1997 itu.

Pada potongan bait kedua dari repertoir mereka yang berjudul “Tertindas Politik Sampah” misalnya. “Ini merupakan kritikan kami pada mereka kaum penguasa yang korup,” ujar Deny. Repertoir ini sendiri diciptakan oleh Wendy, vokalis terdahulu Cranium yang meninggal setahun yang lalu akibat kecelakaan.

Soal genre musik, Cranium mengaku banyak terinspirasi dari band-band luar negeri, seperti “Misery Index”, “Dying Tetos”dan “Suffocation”, yang memang merupakan dedengkot-dedengkotnya aliran musik Death Metal.

Album indie ketiga

Selama 10 tahun eksis, setidaknya Cranium telah menelurkan dua album: “Missunderstanding” (1999) dan “Rotten in Nocturnal Aggretion” (2001), yang direkam di Extreme Soul Production, Bandung. Kedua album ini masing-masing berlabel indie.

“Artinya, album kami tidak terfokus pada komersialisasi. Dan memang tidak ingin hal itu terjadi,” ujar Deny. Menurut mereka, kedua abum ini mereka distribusikan “hand to hand”, tanpa marketing dan distribusi seperti yang berlaku pada “mainstream label”.

Rencanaya, pada awal 2008 band ini juga akan menelurkan album ketiganya. Faisal menuturkan, konten album sudah 80 persen sudah selesai digarap. “Sayang, kita belum menemukan vokalis yang pas hingga saat ini. Sehingga kita belum bisa rekaman penuh,” ujar alumnus univesitas swasta jurusan Ilmu Komukasi itu.

Artinya, saat ini Cranium masih membuka kesempatan bagi musisi Medan yang ingin bergabung. “Asalkan serius dan yang pasti memiliki selera musik seperti kami,” ujar Dede, sang gitaris.

Di album indie ketiga ini, Cranium masih tetap setia mengusung kritik-kritik sosial dalam lirik-lirik lagunya, di samping ada satu lagu yang khusus didedikasikan kepada alm Wendy, yang telah terlebih dahulu “pergi” meninggalkan Cranium.

“Dunia Baru akan menjadi repertoir pamungkas di album ketiga ini. Lagu ini khusus kami dedikasikan kepada alm Wendy yang punya andil besar selama Cranium eksis sampai sekarang,” ujar mereka.*

No comments: