Friday, March 14, 2008

"Fireball": Rock Café Band



Untuk mereka penikmat musik rock, barangkali nama band yang satu ini pastilah tidak asing lagi. Nama band itu adalah Fireball, band anak Medan yang imejnya sudah melekat pada masing-masing personilnya. Sekaligus pemuas rasa haus pada aliran musik yang dikenal keras namun juga romantis itu.

Sabtu malam pekan lalu di sebuah café di hotel berbintang Medan. Sesaat sebelum ending lagu “Like an Angel” milik Ingwy Malmsteen dimainkan, pengunjung yang sebelumnya terbius sontak bertepuk tangan memberikan applus kepada band yang tampil di hadapan mereka. Band itu tak lain adalah “Fireball”.

“Lagu selanjutnya, dari Hallowen: ‘Forever and One, untuk Anda…,” sambung sang vokalis, yang lalu disambut sorai oleh pengunjung di ruangan café yang sengaja disetting dengan lampu penerang bergaya minimalis itu.

YA, satu jam sesi pertama itu panggung “dikuasai” milik Fireball. Dan pengunjung yang didominasi anak muda itu, sengaja disuguhkan sajian musik bernuansa rock, yang memang tak sedikit penggemarnya. Singkatnya, satu jam itu adalah sesi untuk musik rock.

Siapakah Fireball? Nama “Fireball” sebenarnya dicaplok dari sebuah judul album legendaris rock Deep Purple, yang dikenal berkarakter keras, namun diisi dengan skill permainan alat musik (gitar dan vokal khas) yang padat dan harmonis.

Dan ini jugalah yang mempengaruhi “Fireball”, band yang dibentuk pada Agustus 2003 ini untuk menyebut nama band mereka demikian.

Fireball (bola api–Red) digawangi Anto (gitar), Sahat (drum), Dede (bass), Nanda (keyboard), Etax dan Maringan Siagian (vokal), yang masing-masing personilnya sudah lama eksis meramaikan semarak perkembangan musik Kota Medan, khsususnya aliran rock.

“Musik rock memang sudah menjiwa pada kami. Musik pertama yang kami kenal adalah musik rock. Dan inilah aliran yang bisa mewakili karakter kami dalam bermusik,” ujar mereka menyebut alasan mengapa mereka tetap getol main di aliran rock, saat diwawancarai seusai sesi pertama mereka itu.

Sayang, meski demikian band yang mengaku terinspirasi dari musik dekade 70-an (Classic Rock) itu sejauh ini masih hanya bisa diakses oleh kalangan penikmat musik rock Medan saja.

Apakah tidak ada niat untuk menembus industri musik lewat dapur rekaman? “Untuk saat ini Fireball memang masih eksis untuk mengisi session hiburan rutin di café. Namun bukan berarti kami tidak memikirkan untuk bisa eksis lebih luas di luar Medan,” ujar Sahat, sang drumer yang namanya barangkali sudah dikenal sebagai salah satu drumer berbakat di Kota Medan.

Langkah itu sebenarnya sudah dilakukan sang vokalis Fireball, Maringan Siagian yang berduet dengan seorang gitaris (Sampe Sarman) meski hasilnya jauh dari yang diharapkan.

Lalu, untuk “Fireball” sendiri? “Ke depan mungkin saja. Tapi untuk saat ini, kita jalani saja dulu sebagai café,” ujar Maringan.

Setidaknya, apa yang mereka jalani saat ini saat ini cukup untuk menunjukkan identitas mereka sebagai musisi Medan, yang sudah memiliki imej yang melekat di kalangan anak muda Medan.

“Untuk musik, itu memang sudah profesi kami. Makanya, kami tak akan berhenti hanya main di café,” ujar mereka kompak. Mmm, kita lihat saja nanti…

No comments: