
Dengan munculnya band “Freshmint”, berarti kini ada dua band Medan kreatif yang sama-sama menggunakan kata “mint”; yang pertama adalah “Bluemint”, lalu yang kedua adalah band yang ditunggangi empat anak muda Medan: Asep (gitar), Avis (bass), Dosh (drum) dan Dian (vokal) ini sendiri. Tapi lupakan soal nama. Mari bicara soal setajam apa “gigi” Freshmint dalam kiprah bermusik mereka di Medan.
Pembentukan Freshmint Band pada pertengahan 2007 lalu boleh dikatakan terjadi secara tak sengaja. Diawali pertemuan masing-masing personil yang mengaku sudah melalang dari band yang satu ke band yang lain namun belum juga menemukan kesamaan persepsi dalam bermusik. “Beruntung” keempatnya bisa bertemu atas perkenalan-perkenalan melalui perantara teman dan bisa langsung menyatukan ide mereka, hingga akhirnya mereka sepakat mendirikan “Freshmint”.
Dengan yakin, kini mereka mengaku lebih “hidup” dengan aliran “Punk Melodic”, aliran musik bernuansa Punk yang disusupi melodi-melodi gitar dan vokal yang serasa ingin dibuat seharmonis mungkin.
“Kalau aku, dulu dengan band lamaku, kerap membawakan lagu Top 40’s. Tapi lama-lama kelamaan aku tidak betah di band itu karena sebenarnya tidak sesuai dengan aliran musik yang aku senangi,” ujar Dosh berkomentar mengapa ia tertarik membentuk Freshmint setelah pertemuan-pertemuan tak sengaja dengan ketiga personil Freshmint lainnya di studio-studio musik Medan.
YA, ternyata bukan sekadar isapan jempol. Keempat personil Freshmint perlahan-lahan bergerak dengan satu tujuan pasti. Mereka ingin menjadi band indie yang tidak sekadar “indie”, tapi ingin menancapkan taringnya yang, katanya, tajam bahwa mereka adalah band yang tidak sekadar bermusik memainkan musik orang lain.
Mereka tak setuju dan tak menganggap tidak kreatif jika hanya mengandalkan musik orang, sekalipun lagu band papan atas. “Kami sebenarnya banyak terinspirasi band-band besar. Tetapi itu artinya kami tidak ingin sekadar bisa memainkan musik mereka. kami ingin sejalan berkarya dengan mereka,” ujar Dian. Seperti Asep misalnya yang mengaku memfavoritkan Sex Pistols; Avis menggemari Saint Loco; Dosh mengidolakan Endang Soekamti dan Dian banyak terispirasi dari musk MXPX.
Nah, itu artinya mereka juga tak mau terlibat dalam ajang-ajang festival yang menurut mereka “menghambat” kebebasan bermusik mereka. “Kami memang tak ingin mengikuti ajang festival. Arah band kami hanya ingin mandiri. Dan memiliki nama yang dianggap berkualitas, yang bukan berarti harus melalui ajang festival,” sambung Dian, yang adalah seorang dosen komputer di sebuah universitas swasta Medan itu.
Ke dapur rekaman
Meski tergolong pendatang baru dalam kancah musik Medan, yang memang masih berumur muda meski personilnya sudah lama berstatus “anak band”, Freshmint tak mau dicap selamanya menjadi band “asal ada”. Setidaknya mereka sudah mencoba menerobos pagar batas yang selama ini menghambat jalan anak band Medan yang kebanyakan selalu bersikap “menunggu” panggilan dari industri musik laber major dari Jakarta.
Demi musik, setidaknya mereka juga telah berani invest, berkorban demi nama mereka sendiri kelak agar mendapat tempat sejajar di antara anak band papan atas yang sudah ada; terutama di tingkat nasional. Artinya, mereka ingin bergerak dari Medan dulu, yang menjadi pusat kreatifitas mereka.
Langkah seperti ini sebenarnya sudah lama dimulai di kota-kota besar di Indonesia. Seperti di Bandung misalnya, jelas Dian, band indie di sana bisa eksis dan memiliki penggemarnya tersendiri. Dan tak sedikit di antara band indie yang sudah memiliki nama besar, meski untuk wilayah lokal sendiri.
Inilah yang dicoba untuk ditembus Freshmint. Maka, tiga bulan setelah terbentuk Freshmint mulai mengambil langkah cepat dengan memproduksi sebuah album sendiri yang berjudul “The Fresh Has Come”. Berisi sepuluh lagu dengan tiga hits andalan: “Anjing Kecil”, “Sendiri” dan “I Love U”. Direkam di Bandung. Dan dirilis sebanyak 2 ribu kepingan CD dan 800 keping kaset.
Dalam album ini, Freshmint bercerita tentang kejadian sehari-hari; mulai dari cinta hingga pengalaman-pengalaman biasa tapi berkesan. “Lirik lagu kami ringan saja sekalipun beraliran Punk Melodic, yang memang agak menghentak,” ujar Dosh, yang tak ketinggalan berpenampilan lumayan “punky”.
Dengan materi lagu yang sudah ada sebelumnya, saat ini, Freshmint mengaku sedang menyiapkan album kedua, yang rencananya diharapkan akan lebih “wah” dari album sebelumnya.
“Inilah upaya kami,” ujar mereka. Ya, inilah upaya mereka untuk meraih mimpi mereka agar juga mendapat tempat di antara band tanah air. Mereka sudah mencobanya. Lalu bagaimana dengan anak band Medan lainnya?
No comments:
Post a Comment